Copas oleh : nandar isnandar
Dari sumber :
theanalyst.com
https://m.panditfootball.com/sains-bola/213354/ABI/200324/mengapa-banyak-atlet-terkena-infeksi-coivd-19
Atlet profesional, termasuk para pemain sepakbola tidak terlepas dari ancaman virus Covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. Beberapa nama besar telah dinyatakan positif terkena virus ini seperti Daniel Rugani, Mikael Arteta, Callum Hudson-Odoi, Patrick Cutrune, dan Paulo Dybala Neymar Ronaldo dll.
Selain pemain sepakbola, beberapa atlet dari cabang lain seperti bola basket, balap sepeda, baseball, golf, dan berbagai cabang lainnya juga terkena inveksi virus Covid-19.
Banyak yang bertanya :
mengapa banyak atlet bisa terkena virus ini? Padahal yang kita ketahui seorang atlet pastilah memiliki tubuh yang bugar dan sehat.
Ditambah lagi mereka selalu didampingi para ahli sehingga asupan gizi selalu terjamin. Dengan tubuh yang sehat dan gizi tercukupi tersebut seharusnya atlet juga memiliki tingkat imunitas yang tinggi. Bukankah katanya salah satu cara untuk terhindar dari virus ini adalah menjaga imunitas?
Sains Olahraga bidang kepelatihan mengenal suatu kurva yang menunjukan hubungan antara intensitas pada latihan dengan level imunitas seseorang. Melakukan kegiatan olahraga dalam porsi tertentu memang dapat meningkatkan imunitas tubuh.
Namun ternyata, intensitas olahraga tidak selalu berbanding lurus dengan imunitas. Terdapat satu titik dimana jika seseorang melakukan olahraga lebih berat justru akan membuat imunitas tubuhnya menurun.
Teori ini dikenal dengan istilah J-Curve dimana curva yang seperti huruf J menunjukan bahwa melakukan olahraga terlalu berat justru membuat imunitas tubuh menjadi lemah, bahkan lebih lemah dari orang yang tidak berolahraga.
Pemain sepakbola profesional dan atlet dari cabang lain tentu akan memaksa tubuhnya melebihi batas agar bisa menunjukan performa di atas level manusia biasa. Untuk mencapai level tersebut latihan yang mereka lakukan tentu bukan latihan biasa-biasa saja.
Hampir setiap hari dalam hidupnya seorang atlet akan melatih tubuh pada level yang di atas kemampuan manusia biasa.
Pada kondisi inilah seorang atlet memiliki kondisi imunitas yang lemah. Tubuhnya mungkin bugar dan kuat. Ia bisa memiliki VO2Max dan kekuatan otot yang luar biasa.
Namun bukan berarti ia memiliki imunitas yang sama baiknya.
Akun Soccerilaz menjelaskan Over Training Syndrome terjadi pada seseorang yang melakukan latihan secara berlebihan ditambah dengan tekanan lain dalam hidupnya seperti emosi, kecemasan, finansial, dan yang lainnya. Kondisi ini kemudian membuat kegagalan tubuh dalam melakukan adaptasi fisiologis dan memicu penurunan performa fisik.
Latihan yang terlalu berlebihan juga menimbulkan trauma pada jaringan otot skelet dan pembentukan sitokin proinflamasi. Hal ini membuat tubuh menjadi mudah terserang penyakit, terutama bagian pernafasan.
Dalam sains olahraga, kondisi ini disebut dengan periode open window.
Bagi Anda yang pernah melakukan olahraga yang menguras banyak tenaga, biasanya satu sampai dua hari setelahnya Anda akan bersin-bersin seolah tubuh Anda mengalami flu. Hal itu adalah reaksi yang dikeluarkan tubuh saat sedang berada dalam periode open window.
Kondisi tubuh seperti itu sedang dalam imunitas rendah dan sangat rentan terserang penyakit.
Periode open window ini biasanya berlangsung selama 3-84 jam setelah tubuh melakukan aktivitas sangat berat.
Bisa kita bayangkan bagaimana kondisi tubuh para atlet profesional yang hampir setiap hari mengalami kondisi seperti ini.
Karena itulah seorang atlet membutuhkan berbagai asupan vitamin tambahan agar tubuhnya selalu siap saat menghadapi kondisi seperti ini.