![]() |
click to enlarge |
Seorang teman wanti-wanti agar dlm keadaan seperti ini menulis harus mampu memberikan dorongan semangat, uplifting.
Bukan sesuatu yang mudah...dlm hatiku.
Website, twitter dan online media, yang langsung menyapa saat pertama dibuka adalah soal virus dan masih begitu seterusnya. Buka YouTube juga idem. Group group WA juga sama atau tak jauh-jauh dari itu.
Group MTBer, yang biasanya isinya bully-bully-an dan buat2 schedule gowes weekend ke destinasi aneh2 juga sama. Postingan dan forward canda khas Indonesia pun tak jauh dari masalah Covid 19.
Kedepan, sejauh ini tidak ada yang berani memperkirakan walau hanya prediksi.
Semua kesukaan, hoby, hangout rame2 dan kebiasaan traveling bahkan masa depan salaman (shackhand) harus bersabar untuk adaptasi bisa menyesuaikan.
Siaran Liga sepakbola Eropa, GP, F1 tidak ada kepastian kapan tayang langsung.
3 bulan dirumah, lihat televisi kalau isinya bukan berita corona ya sinetron yng sedih2an trus yng nonton sedih betulan.
Yang penghasilanya dari dunia usaha, yng kecil, yng umkm, yng jasa, dlm kondisi burem bin kabur. Ga tahu klo bussiness yng gede yak.
Penjadwalan anak sekolah, mahasiswa, masuk class room lagi menjadi tidak jelas kapanya.
What Next.
Dari kehidupan kampus saja, sederet dunia usaha sudah dan mulai tiarap. Rumah2 kost, catering, warung makan, loundry, tenaga assisten rt, transportasi dan banyak lagi yng bergantung sepenuhnya pada kehidupan kampus.
Gugus tugas penanggulangan Covid sih ada, Tapi penanggulangan ekonomi kagak ada. Memang orang sakit aja yang dipikirin.
Orang yang nggak sakit tapi usahanya yng sakit kagak dipikirin. Ujung-ujungnya vacant, bangkrut, akhirnya kelaparan dan mati juga..
Yang namanya pengusaha memang harus selalu memikirkan what's next. Bersiap mengantisipasi apa pun yang bisa terjadi ke depan. Jangka pendek, menengah, panjang.
Bagi yang terus berpikir what's next, efek paling ditakutkan dari pandemi ini bukan hanya korban jiwanya. Melainkan dampak ekonominya. Kita semua sibuk atau disibukkan oleh angka pertumbuhan penderita, yang sembuh, dan yang meninggal setiap hari.
Tapi, tidak pernah ada laporan harian, mingguan, atau bulanan yang menyebut berapa jumlah orang kehilangan pekerjaan. Seperti jadi rahasia umum, tapi tidak boleh disampaikan secara umum.
Yowis....
Toh saya asalnya juga Bonek.
Kita ini pemberani....(salam satu nyali).
Kita berani berusaha di tengah keputusan yang tidak pernah pasti.
Cukup bismillah...mugo2 slamet.
Anyway, apa tips Anda menghadapi hari-hari "menarik" ke depan? Mungkin mau berbagi dengan yang lain di kolom komentar di bawah.